Linguistik

MORFOLOGI (ألصرفية )

  1. 1. MORFEM
Morfologi adalah mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal, atau morfem adalah bentuk yang sama, yang terdapat berulang-berulang dalam satuan bentuk yang lain. Sebagai contoh kata berhak. Secara fonologis kata tersebut terdiri atas enam fonem, dan secara morfologis terdiri atas dua satuan minimal, yaitu kata ber – dan hak-; satuan minimal gramatikal itu dinamai “morfem”. Demikian pula kata Inggris undo ‘melepaskan, meniadakan’ terdiri atas dua morfem yaitu un- dan do-.
  1. Identifikasi Morfem
Cara untuk menentukan stuan bentuk adalah morfem hatau bukan, maka kita harus membandingkan dengan bentuk lain. Jika bisa dihadirkan secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah morfem. Sebagai contoh kita ambil bentuk /kedua/ , dalam ujaran diatas. Ternyata bentuk /kedua/ dapat kita banding-bandingkan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut :

[Kedua, Ketiga, Kelima, Ketujuh, Kedelapan, Kesembilan, Kesebelas]
Bentuk ke pada daftar di atas yaitu menyatakan tingkat atau derajat.
Akan tetapi bentuk ke juba memiliki arti yang lain, seperti:
[Kepasar, Kekampus, Kesekolah].
Beberapa contoh bentuk ke di atas sama memiliki arti pernyataan arah atau tujuan.
  1. Morf dan Alomorf
Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya. Sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut jikalu sudah diketahui status morfemnya.
  1. Klasifikasi Morfem ( ألتفصيل المرفيم )
Morfem dapat di klasifikasi menjadi beberapa bagian diantara:
C.a. Morfem bebas dan Morfem Terikat

  1. Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem yang lain dapat berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya, dan dapat dipisahkan dari bentuk- bentuk bebas lainya di depan maupun di belakang dalam tutura. Misalnya kata : Pulang, makan, rumah, dan bagus.
  2. Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat berdiri dan yang hanya dapat meleburkan diri pada morfem lain, misalnya, ber- pada kata berhak ( morfem terikat lazim ditulis dengan garis penghubung sebagai lambing keterikatanya ).

C.b. Morfem Utuh Dan Morfem Terbagi

  1. Morfem Utuh adalah semua morfem dasar bebas dan sebagian merfem terikat adalah bagian dari morfem utuh yakni, morfem yang tanpa kehadiran morfem yang lain dapat muncul dalam pertuturan,contoh. Meja, kursi, kecil. Dan morfem yang tanpa di gabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan, contoh. Ber- ter- henti, dan juang.
  2. Morfem Terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Contoh. Kesatuan, Perbuatan masing-masing memilki morfem utuh yakni, satu dan buat sedang morfem terbaginya adalah per-/-an.
Catatan dalam bahasa Indonesia morfem terbagi perlu juga di perhatikan diantara:
    1. Semua konfiks (per-/-an), ( ber-/-an ), ( ke-/-an) dan ( pe-/-an) adalah termasuk morfem terbagi.
    1. Afiks yang disebut infiks yakni yang disisipkan di tengah morfem dasar seperti, ( -er- ), dalam kata gigi ( -el-) dalam kata pelatuk, ( -em- ) pada kata gemeter. Dengan dmikian infiks tersebut telah mengubah morfem utuh seperti kata gigi menjadi morfem terbagi { g-/-atuk}, kata patuk menjadi terbagi { p-/-atuk}.
C.c. Morfem Segmental Dan Suprasegmental
Morfem Segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental contoh: { lihat }, { lah } dan { ber }. Jadi, semua morfem yang berwujud adalah morfem segmental. Sedangkan morfem Suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur- unsur suprasegmental, seperti tekanan nada, durasi dan sebagainya.
C.d. Morfem Beralamorf Zero
Dalam linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol (0), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa “kekosongan”.
C.e. Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal
  1. Morfem Bermakna Leksikal adalah morfem-morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendirinya, tanpa perlu berproses dulu dengan morfem lain. Contoh, kuda, pergi, lari, dan merah.
  2. Morfem tak bermakna leksikal adalah morfem yang tidak memilki makna apa-apa pada dirinya sendiri, Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi.
C.f. Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal ( Stem ), dan Akar ( Root ).
  1. Morfem Dasar adalah morfem yang digunakan pada setiap proses morfologi baik berupa bentuk morfem bebas, terikat, dan bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem lain dalam proses komposisi.
  2. Morfem Pangkal ( Stem ) adalah digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, atau poses pembubuhan afiks inflektif, contoh. Pada kata books pangkalnya ( stem ) adalah book.
  3. Morfem Akar ( Root ) adalah digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi, artinya akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya, baik afiks infleksionalnya maupun afiks derivisionalnya ditanggalkannya. Contohnya, untouchables kata akarnya adalah touch.

2. KATA ( ألكلمة )
Apakah kata itu, bagaimana kaitannya dengan morfem, bagaiman klasifikasinya, serta bagaimana pembentukannya, akan dibicarakan berikut ini.
  1. Hakikat Kata
Menurut tata bahasawan tradisional adalah,bahwa kata berdasarkan arti dan ortografi, menurut mereka kata adalah satuan bahasa yang mmiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Madzhab ini melihat hierarki bahasa sebagai: fonem, kata, dan kalimat. Sedangkan menurut bahasawan struktural, terutama mazhab Bloomfild, berpendapat bahwa batasan kata adalah satuan bebas terkecil ( a animal free form), mazhab ini tidak pernah membicarakan kata sebagai satuan lingual, dan menggantinya bahwa satuan kata itu disebut morfem. Madzhab Bloomfild melihat hierarki bahasa sebagai; fonem,morfem, dan kalimat. Tata bahasa Generatif Transformatif, berpendapat bahwa kata adalah dasar analisis kalimat, hingga memberikan symbol pada kata yakni, simbol V (verba) dan N (nomina), A (ajektiva) dan sebagainya ( Chomsky ).

  1. Klasifikasi Kata ( ألتفصيل الكلمة )
Istilah lain yang biasa dipakai untuk klasifikasi kata adalah penggolongan kata, atau penjenisan kata; dalam peristilahan bahasa Inggris disebut juga part of speech. Klasifikasi kata ini dalam sejarah linguistic selalu menjadi salah satu topic yang tidak pernah terlewatkan. Sejak zaman Aristoteles hingga kini, termasuk juga dalam kajian linguistik Indonesia. Dalam klasifikasi kata ini ada kreteria yang dapat digunakan untuk membuat klasifikasi kata itu bisa bermacam- macam. Pada tata bahasawan tradisonal mengunakan kereteria makan dan fungsi. Kereteria makna digunakan untuk mengidentifikasi kelas ferba, nomina dan ajektifa, sedangkan kereteria fungsi digunakan untuk mengidentifikas preposisi, konjungsi, adverbial, pronomina dan lain- lain. Yang di sebut ferba yaitu kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan., yang disebut nomina yaitu kata yang digunakan untuk menyatakan benda atau yang dibendakan., dan yang disebut kinjugsi yaitu kata yang bertugas auatu berfungsi menghubungkan kata dengan kata atau kalimat satu dengan yang lain.
Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau konstruksi misalnya yang disebut nomina adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata bukan ; atau dapat mengisi konstruksi bukan…….jadi, kata-kata seperti buku, pensil, dan nenek adalah termasuk nomina, sebab dapat berdistribusi dibelakang kata bukan itu. Criteria yang digunakan para tata bahasawan strukturalis ini untuk telaah bahasa- bahasa Indonesia. Dan banyak diikuti orang karena dianggap lebih baik dan konsisten dari pada criteria yang digunakan para tata bahasawan tradisional.
  1. Pembentukan Kata
Pembentukan kata memiliki dua sifat, yaitu kata yang bersifat inflektif, dan kedua bersifat derivatif. Pembentukan kata secara inflektif, tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan pembentukan kata secara derivatif atau derivisional. Pembentukan kata secra derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.

  1. PROSES MORFEMIS (إعراب الصرفي أويذ كرهاالمر فيم)
Proses –proses morfemis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian diantaranya, afiksasi, reduplikasi, konposisi, konversi, dan modifikasi internal, dan produktifitas proses morfemis.
    1. Afiksasi
Proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsure-unsur:
  1. Dasar atau bentuk dasar, adalah dasar dalam proses afiksasi yang berupa akar, yakni bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi, misalnya meja, beli, makan dan sikat.
  2. Afiks merupakan sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.
  3. Makna gramatikal yang dihasilkan
3                 2. Reduplikasi
Proses morfmis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun perubahan bunyi diantaranya:
  1. Reduplikasi penuh seperti meja-meja dari dasar kata meja.
  2. Reduplikasi sebagian seperti lelaki dari dasar kata laki
  3. Reduplikasi perubahan bunyi seperti, bolak-balik dasar kata balik.
    1. Komposisi
Hasil dan proses penggabungan dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.Komposisi terdapat dalam banyak bahasa misalnya, lalu-lintas, daya juang, dan rumah sakit.
    1. Konversi, Modifikasi Internal, dan Suplesi
Konversi, sering juga disebut dengan derivasi zero, transmutasi, dan tranposisi, adalah proses penmbutakan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsure segmental. Umpamanya kata Drink dalam bahasa Inggris adalah nomena seperi dalam kalimat Have a Drink! Tetapi dapat diubah menjadi sebuah kata verbal, drink, tanpa perubahan apa-apa.
    1. Pemendekan
adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya, hasil proses pemendekan ini kita sebut kependekan.
    1. Produktivitas Proses Morfemis
Yang dimaksud dengan produktivitas dalam proses morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relatif tidak terbatas; artinya, ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut.
  1. MORFOFONEMIK
Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi atau morfonologi, atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
Proses afiksasi, frefiks me-, itu akan berubah menjadi mem-, meny-, meng-,menge-, atau tetap me-, menurut aturan-aturan fonologis tertentu. Perubahan fonem dalam proses merfofonemik ini dapat berwujud diantaranya:
  1. Pemunculan Fonem, contoh: me- dan kata baca menjadi membaca dalam kata ini terlihat konsonan sengau /m/.
  2. Pelesapan Fonem contoh: wan pada kata sejarah menjadi sejarawan fonem –h menjadi hilang.
  3. Peluluhan Fonem contoh: frefiks me- pada kata sikat dimana fonem/s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/, menjadi menyikat.
  4. Perubahan Fonem contoh: frefiks ber- pada kata ajar di mana fonem /r/ dari frefiks itu berubah menjadi fonem /l/, yakni menjadi belajar.
  5. Pergeseran Fonem contoh: sufiks /an/ pada kata jawab dimana fonem /b/ yang semula berada pada silabel /wab/ pindah ke silabel /ban/ yakni, menjadi ja.wa + -an = ja.wa.ban. dan lain sebagainya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Sumbernya dari buku karya siapa?

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo