20110924

ANALISIS SEMIOTIK RIFATERE TERHADAP PUISI ZUHAI BIN ABI SULMA


A. Latar Belakang Masalah

Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang memiliki banyak makna dan makna yang terkandung dalam puisi memiliki lautan makna tergantung pembaca ingin menggunakan teori  apa untuk membedah makna tersebut. Puisi merupakan ungkapam perasaan penulis yang diterjemahkan dalam susunan kata-kata yang membuat bait-bait berirama dan memiliki makna yang dalam. Dari segi penulisan, puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberui irama dengan bunyi yang padu dan pemlihan kata-kata kias atau imajinatif. Dari definisi diatas tampak jelas bahwa pemlihan atau penggunaan kata-kata dalam puisi bukan merupakan kata-kata yang biasa kta gunakan dalam percakapan sehari-hari. Dalam puisi menggunakan kata yang memiliki kekuatan dalam pengucapannya dan juga makna yang luas. Kata berkonotasi merupakan  kata yang sering digunakan dalam puisi. Hal ini menyebabkan puisi menjadi lebih susah dimengerti karena ada makna yang harus dibongkar berdasarkan pemikiran penyair.

Dalam puisi juga harus ditemukan tema atau permasalahan yang diangkat, perasaan sang penulis, dan terakhir adalah amanat yang ingin disampaikan. Terkadang kita harus mengetahui dahulu latar belakang si penulis agar tidak salah mengartikan. Membaca atau mendengar puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh dapat memberikan pemahaman puisi secara mendalam, merasakan apa yang ditulis dan mempu menyerap nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi serta menghargai puisi sebagai karya seni dengan keindahan dan kelemahannya. Proses berpikir untuk dapat memahami keindahan dsuatu puisi ini justru menyebaban puisi tidak digemari. Hal ini berkaitan dengan perkembangan masyarakat akhir-akhir ini yang cenderung menyukai hal-hal instan atau cepat mendapatkan hasil.

Puisi dalam penyajian bentuk buku yang berisi puluhan puyisi akan menjadi sangat monoton atau bisa dikatakan membosankan bagi pembaca yang belum bias menikmati puisi. Oleh karena itu supaya kehadiran puisi bisa memberikan warna ditengah-tengah masyarakat, maka perlu ada kajian terhadap puisi itu sendiri guna memberikan penjelasan yang mendalam kepada masyarakat dan menarik minat masyarakat terhadap puisi itu sendiri. puisi tersebut akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan semiotik model riffaterre berdasarkan pembacaan heuristic dan hermeneutiknya. Aktivitas pemaknaan secara semiotik dilakukan melalui dua tahap pembacaan, yakni pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan yang didasarkan pada konvensi bahasa, yakni menurut sistem semiotik tingkat pertama. Pembacaan heuristik ditujukan untuk menemukan arti bahasanya. Pembacaan heuristik dalam hal ini adalah pembacaan tata bahasa ceritanya, yaitu pembacaan dari awal sampai akhir cerita secara berurutan. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan yang didasarkan pada konvensi sastra, yakni menurut system semiotik tingkat kedua. Pembacaan dilakukanhan untuk menemukan petanda-petanda atau makna karya sastra.

B. Rumusan Masalah
Pentingnya melakukan penelitian terhadap puisi karya Zuhair bin Abi Salma tersebut tidak hanya demi mengembangkan sastra, tetapi juga untuk menjawab sejumlah masalah yang ada.masalah pokok yang perlu diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kandungan makna puisi Zuhair bin Abi Salma tersebut berdasarkan pembacaan heuristik dan hermenetik?
2. Bagaimana model bahasa yang terdapat dalam puisi tersebut?
3. Bagaimana hubungan antara puisi tersebut dengan puisi lain?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dkemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengungkap makna yang terkandung pada puisi Zuhair bin Abi Salma berdasarkan pembacaan heuristic dan hermenetik.
2. Mengungkap model bahasa yang terdapat dalam puisi Zuhair bin Abi Salma.
3. Mencari dan menemukan hubungan puisi Zuhair bin Abi Salma dengan teks lain.

D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfa’at kepada pembaca, khususnya pembaca dibidang sastra berupa pemahaman mengenai kandungan makna puisi Zuhair bin Abi Salma berdasarkan pembaca heuristic dan hermeneutic, dan model bahasa yang terdapat dalam puisi tersebut, dan hubungan intertekstual puisi Zuhair bin Abi Salma dengan teks lain.

Manfa’at lan dari hasil penelitian ini adalah pembaca diharapkan mendapat pemahaman bahwa karya sastra lisan, khususnya puisi menarik untuk diteliti secara ilmiah dari aspek semiotik. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfa’at sebagai bahan rujukan atau bahan perbandingan untuk penelitian sejenis yang dilakukan terhadap karya sastra lain.

E. Metodologi Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semiotik. Hal itu dilakukan mengingat bahwa semiotik merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada aspek penggalian makna terhadap tanda dalam suatu karya sastra. Endraswara menyebutkan bahwa tanda sekecil apa pun dalam pandangan semiotik tetap diperhatikan. Pendekatan semiotik yang akan dipakai adalah semiotik model Michael Riffaterre. Pendekatan semiotik model Riffaterre dipakai berdasarkan pertimbangan bahwa semiotic Riffaterre lebih mengkhususkan pada analisis puisi. Puisi Zuhair bin Abi Salma adalah salah satu jenis puisi lama, oleh karena itu pendekatan semiotik yang lebih tepat digunakan adalah pendekatan semiotik Riffaterre.

F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka sangat penting dilakukan oleh seorang peneliti sebelum melakukan penelitian. Sebagaimana terkait dengat semiotok riffaterre dalam puisi karya Zuhair bin Abi Salma, tinjauan pustaka dilakukan supaya peneliti mengetahui apakah objek penelitian yang akan dilakukan pernah diteliti atau belum. Sejauh ini, penelitian terhadap puisi karya Zuhair bin Abi Salma masih jarang dilakuan, oleh karena itu penulis sengaja melakukan penelitian ini agar pemahaman masyarakat terhadap puisi karya Zuhair bin Abi Salma bisa lebih mendalam.

G. Landasan Teori
Karya sastra hadir dalam dua bentuk, yakni sastra lisan dan sastra tulis. Teeuw mengemukakan bahwa sastra tulis tidak mengemukakan komunikasi secara langsung antara pencipta dan pembaca sedangkan sastra lisan biasanya berfungsi sebagai sastra yang dibacakan atau yang dibawakan bersama-sama.

Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini berpandangan bahwa fenomena sosial dan budaya pada dasarnya merupakan himpunan tanda-tanda. Semiotik mengkaji sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Dua tokoh penting perintis ilmu semiotika modern, yaitu charles shanders peirce (139-1914) dan ferdinand de saussure (1857-1913) mengemukakan beberapa pendapat mereka mengenai semiotik. Saussure menempilkan semiotik dengan membawa latar belakang ciri-ciri linguistik yang diistilahkan dengan semiologi, sedangkan pierce menampilkan latar belakang logka yang diistilahkan dengan semiotik. Pierce mendudukan semiotik pada berbagai kajian lmiah. Dalam penelitian ini, konsep semiotic yang akan digunaan adalah konsep yang didasarkan pada pemikiran riffaterre. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa konsep semiotic yang dikembangkan oleh riffaterre, penulis anggap lebih tepat diterapkan dalam penelitian ini.

H. Hipotesis


سئمت تكاليف الحياة ومن يعش # ثمانين حولا لاأبالك يسأم
واعلم ما في اليوم ولأمس قبله # ولكننى عن علم ما في غد عم
رأيت المنايا خبط عشواء من تصب # تمته ومن تهتئ يعمرفيهرم
ومن يجعل المعروف من دون عرضه # يفره ومن لايتق الشتم يشتم
ومن يوف لا يذمم ومن يهد قلبه # اء لى مطمئن البرلايتجمجم
ومن هاب اسباب المنايا ينلنه # واء ن يرق اسباب السماء بسلم
ومن يجعل المعروف في غير أهله # يكن حمده ذما عليه ويندم
لأن لسان مرء مفتاح قلبه # اء ذا هو أبد ما يقول من الفم
لسان الفتى نصف ونصف فؤاده # فلم يبق اءلا صورة اللحم والدم
      

Artinya : “Aku telah jemu dengan beban hidup, dan barang siapa yang berumur sampai delapan puluh tahun, pasti ia akan jemu dengan beban hidupnya, aku dapat mengetahui segala yang terjadi pada hari ini dan kemarin tetapi aku tetap tak tahu akan hari esok, aku melihat maut itu datang tanpa permisi terlebih dahulu barang siapa yang didatangi pasti mati dan siapa yang luput diakan lanjut usia, barang siapa yang selalu menjaga kehormatannya maka di akan terhormat dan siapa yang tidak menghindari cercaan orang di akan tercela, barang siapa yang menempati janji akan tercela barang siapa yang terpimpin hatinya maka ia akan selalu berbuat baik, barang siapa yang takut mati pasti dia akan bertemu juga dengan maut walaupun ia naik ke langit dengan tangga (melarikan diri), barang siapa orang yang menolong tidak berhak ditolong maka dia akan menerima resikonya dan akan menjadikan penyesalan baginya.”




Tahap heuristik/kronologis cerita puisi Zuhair bin Abi Salma Setelah dicermati malalui pembacaan heuristik puisi “Zuhair bin Abi Salma ” terdiri dari beberapa peristiwa penting yang berurutan secara kronologis sebagai berikut. Pada bagian pertama digambarkan dalam puisi bahwa penulis merasa bosan dengan kehidupannya.

Pada bagian kedua penulis  dalam puisi merasa dirinya telah merasa berumur tua dan akan menghadapi kmatian. Pada bagian ketiga penyair mencoba untuk mengingatkan dirinya agar tidak lalai dalam menjalani kehidupan telebih terhadap umur yang tersisa. Pada bagian keempat penyair mengingatkan bahwa kalau hari akhir telah tiba saatnya maka semua amal kebaikan itu tidak ada artinya, maka segerakanlah kalau mau berbuat baik.

Tahap hermeneutik/pemaknaan puisi “Zuhair bin Abi Salma”
Pertama, Tergambar dari puisi diatas bahwa penyair merasa cemas dan khawatir dengan kondisinya sekarang karenaumur penyair yang semakin berkurang.

Kedua, Pada bagian kedua tahap heuristik disebutkan bahwa penulis dalam puisi merasa dirinya telah berada pada ambang kematian. penulis pada bagian ini menyadari maut semakin mendekat dengan dirinya. Penanda berupa perasaan yang dialami Penulis dalam puisi ini merupakan suatu petanda bahwa penulis telah merasa cemas yang amat dan sangat.

ketiga,  Pada bagian ketiga dan keempat  penulis benar-banar mewasiati dirinya sendiri agar selalu mengingat akan kematian sehingga dalam menjalani roda kehidupan tidak seenaknya sendiri(mengikuti hawa nafsu). Pananda berupa harapan Penulis untuk terbebas dari dosa merupakan petanda bahwa Penulis ingin bertaubat dan ingin kembali kejalan yang lurus.

Secara totalitas Petikan-petikan bait Syair diatas kebanyakan mengandung kata-kata hikmat dan dengan imajinasi juga pemikiran yang mendalam sehingga penyair ini dianggap sebagai orang pertama yang dalam menciptakan kata hikmat dalam syair arab dan kelak akan diikuti oleh penyair lainnya seperti: Salih bin Abdul Kudus, Abu Thahilah, Abu Tamam, Mutanabby dan Abul Ala’ Ma’ary

Kalau kita perhatikan lebih dalam puisi diatas, hampir serupa dari Amsal (pribahasa) dan kata hikmah. Merupakan suatu hal yang menarik memadukan prosa dan syair pada masa itu, melihat banyak sekali penyair jahili yang kurang mendalaminya beliau merupakan penyair pertama yang membuka pintu masuknya kata-kata hikmah dan amsal kedalam puisi arab.

Syairnya singkat mudah dipahami namun isinya padat dan mada’hnya bagus menjauhi kebohongan, selalu memuji keadaan sebenarnya, ia bersyair selalu memuji orang dengan benar sebenar benarnya maksudnya kebenaran sifat yang dimiliki orang itu memang sudah teruji, terlebih syair diatas ini bertemakan dan menceritakan kehidupan seseorang harus hidup terhormat, menepati janji, suka menolong itu merupakan karakteristik orang arab yang hidup pada zamannya itu yang telah diihatnya dan dituangkan dalam syairnya oleh beliau.

Dari pemilihan kata/diksinya sangat baik sekali. Kata-katanya sopan sedikit sekali yang menggunakan kata-kata buruk. Oleh karena itu puisinya sangat bersih dan sedikit sekali ada cercaan didalamnya. Jauh dari ta’kid /komplikas kata dan maknanya.

I. Teknik Analisis
Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah dibaca, dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementaramenjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.

J. Sistematika Penulisan
Untuk mndapatan sebuah tulisan yang sistmatis, penulis membagi pembahasan ini kedalam beberapa bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan. Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : lampiran puisi karya Zuhair bin Abi Salma dan tinjauan pustaka. Dalam bab ini dijelaskan apakah penelitian yang dilakuan oleh peneliti adalah merupakan lanjutan dari peneliti yang lain ataukah belum diteliti sama sekali. Selain itu, pada bab ini akan diuraikan gambaran latar belakang kondisi penyair saat menuliskan sya’irnya.
Bab III : Interpretasi puisi Zuhair bin Abi Salma menurut teori semiotik riffaterre. Dalam bab ini puisi tersebut akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan semiotik model riffaterre.
Bab IV : Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.



K.    Daftar Pustaka
Ø Fotokopy, Aning Ayu Kusumawati, S.Ag. M.Si.

Ø http://forums.fatakat.com/thread288552. diakses pada 25 juni 2011.

http://ukonpurkonudin.blogspot.com/2010/01/study-tokoh-bahasa-dan-satra-arab_3738.html

Uniawati : Interpretasi Semiotic Riffaterre, Semarang 2007

    Endraswara Suwardi : Metodologi Penelitian Sastra, MedPress Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo